BAGAIMANA MENGEMBANGKAN ORGANISASI YANG BERBASIS DIGITAL

Digitalisasi

Penulis : Andi Salim


Suluh Nusantara News –Bagaimana membangun sebuah organisasi tentu harus melihat apa dan bagaimana karakteristik organisasi itu yang akan digerakkan. Sebab tidak sama antara aktifitas organisasi yang satu dengan lainnya, apalagi program dan visi misinya pun berbeda pula. Ada yang menekankan pada pergerakan serta gelombang massa yang besar, namun ada pula yang menggapai upayanya melalui penyebaran suatu informasi guna mendapat respon publik secara kuat.

Adanya study banding dan skala tanding, membuat berbagai organisasi harus berupaya agar lembaga atau organisasinya memiliki eksistensi dan apresiasi yang tinggi di mata publik. Pada kerangka inilah penulis atau saya selaku penggagas Gerakan Toleransi Indonesia ingin mengkonfirmasi tentang bagaimana membangun sekaligus mengembangkan Gerakan Toleransi Indonesia agar diminati masyarakat luas. Paling sedikit terdapat 8 aktifitas yang menjadi fokus GTI saat ini, diantaranya :

  1. Pemantapan organisasi yang lebih fokus pada rekrutmen keanggotaan dengan sasaran pada The Right Man on the right Place sekaligus membangun struktur organisasi baik pusat mau pun daerah dalam upaya kelembagaan yang menjangkau kawasan intoleransi demi mendapatkan keseimbangan baru dikawasan tersebut.
  2. Penajaman pada visi dan misi hingga menyesuaikannya pada program-program kerja yang telah direncanakan agar lebih fokus terhadap edukasi dan wawasan serta literasi toleransi yang akan dikembangkan melalui ruang-ruang publik sebagai area kebhinekaan sekaligus merupakan ruang otorisasi negara. Tentu upaya ini harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif pula.
  3. Penerbitan sertifikasi Toleransi Indonesia guna mengangkat duta-duta toleransi di tingkat nasional dan daerah, termasuk kepala daerah, legislatif dan tokoh-tokoh masyarakat serta komponen lain yang bersedia untuk ikut mengembangkan sikap bertoleransi sebagai kultur pluralisme atas kebangsaan dan nasionalisme yang berkebhinekaan.
  4. Menciptakan media penulisan pada ruang-ruang publik demi mengarahkan peran serta masyarakat dalam menaikkan animo sikap bertoleransi di segala aspek kehidupan masyarakat melalui media sosial, Blokspot.com, WordPress.com dan Googlenews.com, dsb, termasuk pencetakan buku-buku bagi formalitas gerakan Toleransi Indonesia.
  5. Memproduksi video content guna dishare ke Tiktok dan youtube dimana materinya diambil dari berbagai penulisan yang tersedia untuk mempermudah pemahaman serta akses masyarakat dalam mendalami pengertian toleransi sekaligus mengilhami dan menginspirasi berbagai pihak demi penerapan sikap bertoleransi sebagai upaya kebersamaan dalam menerima kekayaan perbedaan yang ada.
  6. Menyediakan sarana Podcast yang dishare di youtube guna melakukan dialog interaktif demi mendapatkan perspektif posisi toleransi yang ideal sekaligus mendapatkan khasanah informasi yang searah dengan persatuan dan kesatuan di tengah keragaman suku, agama dan budaya yang terkait dengan penegakkan sikap toleransi yang tinggi (Podcast : Dedi Corbuzer).
  7. Memproduksi drama-drama melalui skenario yang bernafaskan pergaulan yang toleran dari kenyataan yang terjadi ditengah masyarakat untuk menjadi sumber-sumber penggalian baru serta korelasi yang terkait bagi upaya penyebaran budaya nasional yang dapat di akses oleh publik di berbagai wilayah atas tersedianya konten tersebut. Sebagai contoh: Film Cemara yang dahulu pernah ada.
  8. Melakukan upaya kemandirian ekonomi bagi eksistensi organisasi toleransi indonesia yang semata-mata bertujuan sosial untuk selanjutnya membangun skala usaha mandiri di tingkat internal ( ke dalam ) dan eksternal ( organisasi mitra ) guna selanjutnya menciptakan peluang keseimbangan dalam kontinuitas pembiayaan organisasi dimasa-masa yang akan datang, hingga tidak lagi membutuhkan donasi secara terus menerus.

Memahami sulitnya merealisasikan target-target diatas khususnya bagi eksistensi GTI, oleh karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka kepada siapa saja atau pihak manapun yang mau dan bersedia melakukan pengembangan organisasi yang digelutinya, penulis berharap mudah-mudahan melalui penulisan ini para pembaca sekalian dapat mengambil sedikit hikmah dibalik manfaat apa yang bisa diperoleh dari apa yang penulis sampaikan. Sebab membangun bangsa ini memang tidak bisa hanya melalui upaya segelintir orang saja, melainkan kolektifitas kemauan dari berbagai pihak tentunya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *