Membangkitkan Kaum Marhaen Dalam Semangat Kebangsaan

Marhaenisme

Jakarta, SuluhnusantaraNews — Membaca sebuah artikel di sosial media yang pernah dirilis. Tulisan mengenai organisasi kepemudaan Marhaenis menurut yang di ceritakan dengan versi kebenaran.

Dalam pandangan secara umum, bahwa Pemuda Demokrat sebagai underbouw Partai Nasional Indonesia (PNI) di Stadion Manahan Solo terjadi pada tahun 1947.

Kemudian dilanjutkan pada tahun 1963 melalui Kongres PNI di Purwokerto, berubah nama menjadi Gerakan Pemuda Marhaenis atau disingkat GPM.

Pada masa orde baru, karena banyak faktor dan pertimbangan, muncul lagi Pemuda Demokrat, karena pada saat orba dilarang memakai nama Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) oleh rezim yang sedang berkuasa.

Kesimpulan sederhana, munculnya Pemuda Demokrat tidak melewati proses Kongres PNI.Namun dari beberapa sumber informasi munculnya Pemuda Demokrat di era orde baru sudah melewati Konggres.

Karena di tahun 1973 Partai Nasional Indonesia sudah fusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia atau PDI, gabungan dari Partai Musyawarah Rakyat Banyak / Murba , Ikatan Pejuang Kemerdekaan Indonesia/ IP-KI, Partai Kristen Indonesia/ Parkindo dan Partai Katolik.

Sekarang muncul dua Organisasi masa kepemudaan memiliki sumber ideologi yang sama yaitu Marhaenisme.

Pejuang Marhaenis Nusantara lahir karena ada kesamaan satu frame pemikiran ideologi Marhaen yang lahir dari buah pemikiran bapak bangsa Ir. Soekarno.

Sebuah kondisi fakta yang cukup bagus dengan lahirnya sebuah perjalanan pejuang kaum Marhaenis.

Persatuan bukan hanya retorika saja. Namun menjadi nyata pada saat rakyat membutuhkan sebuah kepercayaan.Ungkapan hati dan pikiran seorang tokoh senior Marhaenis yang pernah tercatat menjadi anggota GPM inilah yang pada akhirnya lahir wadah baru Pejuang Marhaenis Nusantara.

“Target kita adalah kaum pekerja marginal diantara asisten rumah tangga, pekerja pramusaji, serta pekerja non formal lainnya, yang tidak terorganisir dengan alasan kelompok mereka rentan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari para majikan. Maka untuk mendapatkan hak dan kesempatan di mata hukum yang sama Dewan Pimpinan Nasional membentuk LBH yang sifatnya gratis bagi kaum lemah tertindas sebagai alat perjuangan,” punkas Bung Heru Subiyantoro Ketum PMN.

Salam sehat jiwa raga, Salam Marhaen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *