SuluhnusantaraNews — Marhaenisme sebagai ajaran Bung Karno tidak akan pernah mati meskipun digerus ideologi baru. Tapi bagaimana ajaran itu berkembang tidak pasif menjadi retorika sejarah, menjadi tugas penting anak-anak ideologis Bung Karno dalam wadah Pejuang Marhaenis Nusantara (PMN).
Dilansir dari wawancara reporter suluhnusantaranews, dengan salah satu pendiri PMN yang menjabat sebagai Bendahara Umum, Mulyadi Soma atau yang akrab disapa Bung Mul, Sabtu (10/9/2022).
“Bagaimana caranya agar organisasi PMN yang baru lahir bisa eksis dan bersemangat untuk berkarya memberikan sumbangsih demi Indonesia yang lebih baik?”
“Setelah PMN lahir dan menunjukkan eksistensi itu butuh biaya. Jer basuki mowo bea. No product without cost tidak mungkin ada produksi tanpa biaya. Ada sarana dan prasarana. Ada biaya kantor, biaya operasional, termasuk biaya pendirian organisasi PMN. Semua tidak ada yang gratis dan seperti yang anda lihat PMN sudah berdiri tanpa harus meminta sumbangan apalagi ngemis ke kapitalis” ucap Bung Mul tegas.
“Konkritnya darimana sumber dananya, Bung”
“Untuk sementara ini alhamdulillah ada beberapa personel yang peduli terhadap perjuangan Marhaenisme yang tidak mau disebutkan namanya. Disamping juga partisipasinya para pendiri awal bung Heru Subiyantoro, bung juang Kristanto bung Simon bung Dahono, baik materi dan pemikirannya yang sangat berharga buat kemajuan organisasi PMN. Ini kan organisasi dengan skala perjuangan nasional” jelas Bung Mul
“Apa yang membedakan PMN dengan organisasi Marhaenis lain yang sudah lebih dulu lahir?”
“Sederhana saja, PMN akan konsisten menyebarluaskan Marhaenisme sebagai ajaran Bung Karno. Karena Marhaenisme sendiri adalah teori perjuangan dus selama manusia hidup harus berjuang life is struggle. Marhaenisme teori perjuangan yang digali dari bumi Nusantara oleh Bung Karno menjadi dasarnya negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. Tujuannya hanya satu, mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur tanpa penindasan tanpa ekploitasi (exploitation del lome parllome). PMN itu organisasi kader yang mencoba menanam bibit-bibit Marhaenis baru”
“Artinya itukan perlu cost besar?”
“Hehehe dalam bekerja jangan ribut bayaran. Bekerja saja untuk kemaslahatan umat nanti juga rezeki akan mengikuti. PMN wadah organisasi perjuangan dan kita tak boleh takut sebarkan ajaran-ajaran bung Karno Marhaenisme di kabupaten di provinsi dan di ibukota negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di kabupaten dan provinsi ada APBD, bisa melalui Kesbangpol dan di pusat ada APBN. Kita juga punya hak yang sama seperti organisasi lain untuk diberikan stimulan. Bisa mengajukan anggaran dan tentunya ini untuk jangka panjang. Perjuangan ini butuh pengorbanan dan Alhamdulillah dukungan dari berbagai kabupaten dan provinsi sudah pada masuk untuk bergabung dalam wadah organisasi PMN.
“Kabarnya akan ada acara Deklarasi?”
“Ya betul, sambil berjalan merapikan organisasi kita akan mengadakan Deklarasi yang rencananya digelar bulan Oktober di Yogyakarta. Deklarasi menjadi momentum penting bukan sekedar kumpul hura-hura, tapi lebih kepada sosialisasi dan sebagai sarana dialogis dengan kawan-kawan dan organisasi seperjuangan lainnya”