Pemutaran Film Para Raka di Wonosobo tuai banyak Pujian

Pemutaran film dokumenter perdana di kota Wonosobo dengan lakon “Para Raka”, Minggu (24-12) mendapat sambutan hangat dan meriah dari pada Seniman dan budayawan yang hadir pada acara tersebut. Rencana pemutaran film “Para Raka” akan merangsek ke desa desa pelosok di sekitar gunung Sindoro Sumbing dalam waktu dekat.
Rangkaian kegiatan acara budaya itu Berlangsung di cafe Dewani View, jalan raya kretek Wonosobo. Yang dimulai dari pukul 20.00-23.00 wib.
Sebelum acara pemutaran film terlebih dahulu penonton disuguhi pentas budaya kesenian khas Wonosobo Bundengan dan tarian Lengger.


Sebuah alat musik yang menyatu dengan kerudung petani yang terbuat dari bambu, dan suara lantunan khas lagu lagu Jawa menyerupai mocopatan. Dibarengi dengan tarian lengger, tarian khas Wonosobo.

Sebelum pemutaran film berlangsung, dan dialog budaya. Acara juga diisi dengan sosialisasi pilpres pasangan Prabowo Gibran satu putaran.
Arti penting pemutaran film Para Raka di Wonosobo karena hampir sebagian besar situs Para Raka Terdapat di deerah Wonosobo antara gunung Sindoro Sumbing.
Pemutaran film “Para Raka” ini diharapkan akan munculnya memory koleltif atas kebesaran Para Raka yang saat ini merupakan representasi dari tokoh muda Gibran Rakabuming Raka, disamping kesamaan nama juga kesamaan visi misi diantara keduanya.

“Mengkaitkan memory kolektif dengan akar budaya menjadi pilihan penting karena akan memudahkan sosialisasi dan branding pasangan calon Pilpres Prabowo Gibran.” Kata Aris Munandar sang produser sekaligus aktor dari film para Raka.
Hangat Hartono, seorang budayawan Postrad memberi penjelasan yang lebih detail dengan hubungan peran antara Para Raka, dan nama Gibran Rakabuming Raka.
“Tidak ada yang kebetulan, nama Rakabuming Raka sudah menjadi tuntutan sejarah sebagai pewaris para Raka untuk melanjutkan menjaga bumi nusantara.” Kata Hangat Hartono, yang ikut hadir dalam diskusi dan dialog budaya itu.

Pemutaran film “Para Raka” yang didesain secara santai bertajuk ngopi barang ngobrol santai tentang budaya Wonosobo dengan para pelaku seni dan budayawan Wonosobo menjadi tempat curhat budaya atas kesewenang wenangnya pejabat lokal terhadap perlakuan situs situas di Wonosobo yang jauh dari harapan.
“Kalau prabowo Gibran menang, tentu saja yang menjadi harapan kita semua persoalan budaya dan peninggalan sejarah masa lampau akan teratasi dengan sendirinya.” Kata Hendrawan, budayawan dan penggiat seni Wonosobo.

Dialog pun cukup hidup, kalau tidak dibatasi waktu bisa sampai pagi. dialog dipandu oleh budayawan Wonosobo Hendrawan, yang cukup jeli menarasikan budaya Wonosobo menjadi budaya adiluhung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *