PILKADA, “MEMBELI PENYELENGGARA” Oleh: Noorhalis Majid

Noorhalis Majid

Banjarmasin, Suluhnusantara.News – Telah terjadi pergeseran stratagi cukup jauh dalam memenangkan Pemilu, termasuk Pilkada. Awalnya berlomba merawat dan menjaga konstituen. Segala perhatian berupa dukungan, bantuan, pendampingan, pemberdayaan, dicurahkan pada konstituen agar tidak berpaling kelain hati. Kata Noorhalis Majid, Senin (13/5/2024).

 Ketika itu, siapa yang pandai dan tekun merawat konstituen, dialah yang memenangkan Pemilu.

Walau pun ada juga yang memanipulasi model perawatan konstituen ini, memunculkan agen-agen palsu yang disebut “pahayaman”, “pambulantikan”, mengaku-ngaku memiliki ribuan konstituen dan dapat memenangkan Pemilu, nyatanya tidak terbukti, hanya memperdaya yang ingin menang instant melalui strategi perawatan konstituen.

Cara pertama ini seketika hancur berantakan, manakala strategi baru datang, yaitu “money politik”.

Banyak yang kaget dan kecewa, sudah merawat konstituen dengan segala kemanjaannya, seketika hilang suaranya karena dikacaukan pendatang baru, yang membagi uang dari rumah ke rumah, seolah uang tersebut tanpa batas.

Lebih dahsyat, ketika pembagian uang melibatkan tokoh formil semacam ketua RT, RW, Kepala Dusun, dll. Dan tokoh informal di setiap kampung yang berperan sebagai penyalur money politik. Jadilah orang tersebut “raja”, karena mampu melakukan politik uang secara massif, terstruktur melalui instrument kewargaan.

Namun, tidak bertahan lama, strategi pemenangan itu pun hancur berantakan. Ketika muncul strategi baru dengan cara “membeli” penyelenggara. Dibeli sejak dari seleksi perekrutan dengan merekayasa tim seleksi itu sendiri.

Penyelenggara ditempatkan di berbagai level dan bekerja sesuai target serta janji pembayarannya. Penyelenggara inilah yang kemudian bertugas “menggelembungkan” suara dengan cara memanfaatkan suara tak terpakai, memindahkan jumlah suara rusak, serta menyulap perolehan suara si A menjadi hasil suara si B atau si C.

Bagaimana dengan Pilkada kedepan? menggunakan strategi yang mana? Atau meramu ketiganya sekaligus, yaitu memanfaatkan konstituen yang sudah disogok mahal, sekaligus membeli penyelenggara?

(Reporter :  Rhn/nm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *