POHON YANG KERING ITU TAK LAGI BERDAUN RINDANG

Penulis : Andi Salim

Jakarta, Suluh Nusantara News –Sebenarnya cara dan karakteristik seseorang bisa saja tampak mirip, Apalagi di masa sekarang ini begitu mudahnya hal itu bisa dilihat. Bahkan tak jarang seseorang merasa begitu dekat dengan sosok yang baru saja mereka kenal, itu pun sebatas media sosial yang digeluti oleh hampir seluruh penduduk bumi. Hal-hal semacam ini semakin bermakna dalam bila interaksi keduanya saling menghargai dan dan saling menghormati yang dilakukan secara layak. Sebab dimasa sekarang ini pendapat, nasehat dan pandangan hidup begitu mudah ditemukan di platform mana pun sehingga tidak memiliki kesan apa-apa untuk dinilai sebagai value. Toh kebaikan tak selalu kembali kepada siapa yang memilikinya. Sehingga pengikut hukum tabur tuai merupakan ajaran usang yang tidak lagi mampu mendorong seseorang dalam bertindak sebagai sebab akibat yang mempengaruhi perbuatannya.

Terkadang kita gak bisa memaksakan sesuatu yang sekiranya kurang pas agar presisi terhadap apa yang kita inginkan, oleh karena banyaknya takdir yang ditetapkan secara berbeda-beda antara keadaan yang satu dengan lainnya, dan antara status manusia yang satu dengan status manusia lainnya. Hal itu akan terlihat melalui garis-garis tangan yang telah diguratkan pada setiap individu, walau memang adakalanya seseorang diarahkan untuk berhenti pada suatu bidang usaha yang digelutinya guna berpindah dan bercocok tanam dari sumber rejeki lain. Sekalipun ada yang berhasil melanjutkan usahanya pada kloter berikutnya. Sebab dulu pun penulis pernah memetakan skema usaha yang kompleks dengan skema perencanaan melalui beberapa planning atau apa yang sering disebut sebagai plan A, Plan B sampai Plan C yang penulis harap mampu untuk keluar dari zona kesulitan apapun dimasa yang akan datang.

Akan tetapi nyatanya semua perencanaan itu tidak berjalan sesuai harapan, bahkan terasa membawa penulis kepada kondisi yang terpuruk sejak hal itu diterapkan. Lalu secara sadar penulis berkesimpulan bahwa ada sesuatu yang gak bisa penulis lawan dari pengaruh yang penulis hadapi khususnya dimana pihak bank yang selama ini membantu, justru seolah-olah gak mendukung hingga Plan A yang penulis andalkan sebagai cara memperoleh keuntungan dari skema prioritas utama mengalami jalan buntu. Hingga selanjutnya mengalihkan usaha tersebut kepada pihak lain yang berbuntut pada kerugian materil dan hilangnya kesempatan lain dari panjangnya waktu dari sifat ganti rugi yang dilakukan seseorang secara culas dengan melunasi kewajibannya kepada penulis selama 7 tahun lamanya.

Maka disinilah penulis merasa perlu berhenti untuk tidak melanjutkan usaha yang selama ini penulis geluti untuk seterusnya berpindah pada dibidang lain agar tetap bisa eksis mengisi masa muda ketika itu. Namun hal itu tidak penulis realisasikan oleh karena penulis terjebak pada kondisi permasalahan yang dalam dari persoalan guna mengakhiri serangkaian jebakan yang ketika itu sangat membelenggu. Bahkan hingga kini pun penulis masih harus menyelesaikan banyak permasalahan walau sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diatasi oleh karena nilai kewajiban hutang masih jauh dibawah nilai aset yang penulis miliki. Akan tetapi nyatanya Tuhan seolah-olah masih ingin menguji keteguhan penulis hingga perlu mengujinya dengan kesabaran yang lebih dalam. Padahal Tuhan dapat saja menolong penulis melalui penjualan aset yang penulis miliki walau dengan harga dibawah pasaran.

Dari peristiwa ini, penulis mencoba mengamati sejauh mana posisi manusia terhadap Tuhan atau sebaliknya. Hal ini demi menimbulkan efek agar penulis tidak berprasangka buruk terhadap Tuhan, begitu pula sebaliknya. Inilah konsep Salik / Hamba dan Khalik / Sang Pencipta yang dulu pernah penulis pelajari, khususnya untuk mengevaluasi interaksi antara penulis dengan sang Maha Kuasa dari benang merah yang terjadi. Dari sana penulis mencoba menelusuri bagaimana proses penciptaan manusia selaku mahkluk yang otonom dengan pembekalan dirinya melalui Roh ( Refleksi Kudus / Kesucian dan Kasih Sayang ) guna menghidupkan jasadnya dan penciptaan Akal atau Jiwa yang ditanamkan kedalam setiap diri manusia yang diciptakannya agar membawa setiap pribadi menjadi mandiri dan independen dalam memenuhi semua kebutuhannya.

Walau penulis menyadari bagaimanapun hal-hal yang bersifat irasional akan lebih mendominasi dalam kehidupan dan pemikiran seseorang dibandingkan terhadap hal-hal yang bersifat rasional. Hal itu termasuk komposisi alam bawah sadar kita yang diperkirakan mempengaruhi sekitar 88% hingga 95% dari aktivitas otak dan perilaku manusia. Sementara pikiran sadar kita hanya mengisinya sekitar 12% hingga 5% dari berbagai aktivitas otak yang manusia gunakan. Pemikiran semacam ini terus penulis hubungkan pada informasi lain khususnya melalui ajaran masyarakat Tiongkok yang dipengaruhi oleh aspek YIN yang dilambangkan dengan Kelemah lembutan, kegelapan dan berbagai hal yang berbau kasih sayang dalam artian layaknya sifat feminitas dari seorang perempuan, namun disisi lain mampu menjerat kekuatan lawannya hingga bertekuk lutut sekalipun.

Serta eksistensi kekuatan YANG atau sering dipersepsikan dengan kekuasaan, kekuatan dan hawa nafsu yang secara terang-terangan mampu menaklukan apa dan siapa saja yang berada dihadapannya. Sehingga dengan kedua kekuatan yang saling melengkapi dan berlawanan ini akan membentuk keseimbangan dan suasana harmoni dalam tatanan kehidupan sekaligus membentuk sistem yang mengalir secara dinamis untuk saling terkait satu sama lainnya. Hal itu sebagai cara penulis guna melihat sejauh mana Medan Tuhan itu acapkali mempengaruhi berbagai kehendak dan tuntutan hidup manusia. Sebagai penutup, penulis ingin menyampaikan bahwa agama boleh saja membelenggu pemikiran manusia melalui dogma-dogma yang ditanamkan kepada setiap umatnya. Namun pada akhirnya semua manusia akan menuju kesadarannya yang paling sempurna melalui cara berpikir dan pengalaman hidupnya pula.