Seminar Nasional Bertemakan Carok: Wakapolres Bangkalan Ajak Masyarakat Madura Kembalikan Karakter Asli

Bangkalan,suluhnusantara.news– Polres Bangkalan bersama Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan menggelar Seminar Nasional bertema “Peran Kepolisian, Pemerintah, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat dalam Menciptakan Budaya Penyelesaian Dendam Akibat Carok Berdasarkan Nilai-nilai Adab di Madura”. Acara ini berlangsung di Pendopo Agung Bangkalan pada Jumat (13/12/2024).

Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber ternama, di antaranya Pj Bupati Bangkalan Prof. Dr. R.M. Arief Moelia Edie, M.Si.; Wakapolres Bangkalan Kompol Andi Febrianto Ali, S.E.; Wakil Menteri Hukum Prof. Eddy O.S. Hiariej; Rektor Universitas Dr. Soetomo Prof. Dr. Siti Marwiyah, S.H., M.H.; Budayawan Madura D. Zawawi Imron; Anggota Komisi VII DPR RI Dr. Erik Hermawan; serta Ketua PBNU dan Ketua MUI KH. Muhammad Makki Nasir.

Pentingnya Mengubah Mindset Tentang Carok

Rektor Universitas Dr. Soetomo, Prof. Dr. Siti Marwiyah, menyampaikan bahwa tema seminar ini sangat relevan untuk mengubah cara pandang terhadap budaya carok di Madura.

“Budaya carok kerap memiliki konotasi negatif karena berlawanan dengan nilai-nilai agama dan hukum di Indonesia. Meski demikian, sebanyak 75% masyarakat Madura sebenarnya ingin mengakhiri tradisi ini. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi salah satu cara efektif untuk mengubah pola pikir masyarakat,” ujarnya.

Menurut Marwiyah, penghormatan terhadap harga diri adalah akar budaya carok. Namun, penyelesaian sengketa melalui kekerasan dapat digantikan dengan pendekatan yang lebih bermartabat dan sesuai nilai adab.

Ajakan Kembalikan Karakter Asli Madura

Wakapolres Bangkalan, Kompol Andi Febrianto Ali, menyoroti pentingnya mengembalikan karakter asli masyarakat Madura yang dikenal religius, menghormati guru, dan memiliki solidaritas keluarga yang tinggi.

“Karakter masyarakat Madura tergambar dalam falsafah Bhuppa’, Bhâbbhu’, Ghuru, Rato. Ini mencerminkan penghormatan kepada orang tua, guru, dan pemimpin. Tradisi seperti toron (pulang kampung) dan Tanean Lanjang (kawasan rumah keluarga yang saling berdekatan) adalah bukti kuatnya nilai kekeluargaan,” jelasnya.

Andi juga menekankan bahwa stereotip yang melekat pada masyarakat Madura, seperti dianggap keras atau pendendam, adalah penilaian sepihak yang tidak sepenuhnya benar. Ia mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma tersebut dan menunjukkan karakter Madura yang sebenarnya.

“Mari kita buktikan bahwa masyarakat Madura adalah komunitas yang penuh nilai luhur, sehingga orang luar pun akan bangga dengan budaya kita,” imbuhnya.

Deklarasi Perdamaian dan Komitmen Peletakan Senjata

Seminar ini juga menjadi momentum bersejarah dengan adanya deklarasi perdamaian dan penandatanganan komitmen peletakan senjata tajam. Wakil Menteri Hukum, Prof. Eddy O.S. Hiariej, mengapresiasi langkah ini sebagai upaya menciptakan masyarakat yang damai dan tertib.

“Ini adalah langkah awal menuju Indonesia Emas 2045. Komitmen dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengakhiri kekerasan adalah wujud niat baik yang perlu kita dukung bersama,” tuturnya.

Partisipasi Luas Peserta

Seminar ini dihadiri oleh berbagai elemen, mulai dari Muspika, TNI, Polri, DPRD, Pemkab, kepala desa, akademisi, jurnalis, hingga masyarakat umum yang dapat mengikuti acara melalui platform daring. Peserta juga diberi kesempatan berdiskusi langsung dengan para narasumber, menambah nilai interaktif dari kegiatan ini.

Melalui seminar ini, Polres Bangkalan berharap dapat meningkatkan profesionalitas dalam menangani konflik sosial dan memberikan pelayanan yang adil serta bermartabat kepada masyarakat.


(Penulis: Tan)

Penulis: JaliEditor: Jl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *