Tradisi Jelang Ramadan, Warga Wirosari Grobogan Berendam di Sungai Brug  Untuk Mensucikan Diri

Grobogan,Suluhnusantara.news – Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, warga Kelurahan/Kecamatan Wirosari gelar peringatan unik. Mereka ramai-ramai menggelar selamatan dan doa bersama bertemakan Kungkum Mapag Poso (KMP).

Kungkum (merendam diri) dilakukan di Kali Brug Kelurahan Wirosari sebagai ritual penutup dalam serangkaian acara tersebut.

“Hadarah, khataman Alquran, kemudian doa dan makan bersama. Dilanjut kungkum di sungai terusan Bendung Tirto ini,” jelas Wiyono salah satu  panitia penyelenggara tradisi tersebut.

Wiyono juga menerangkan terkait Kali Brug sendiri memiliki sejarah yang panjang sejak era colonial Belanda. Pihaknya bermaksud merumuskan tradisi yang dibalut dengan aspek sosial-spiritual. “Jembatan ini adalah peninggalan Belanda,”kata Wiyono menambahkan.

Dan adanya tradisi di bantaran ini diharapkan jadi ruang temu bagi masyarakat untuk berkumpul dan bergembira menyambut datangnya bulan suci Ramadan,” terangnya.

Usai dibacakan doa untuk mengharap keberkahan, warga pun serempak melahap makanan yang disediakan secara swasembada. Terdapat nasi dengan lauk sayur-sayuran beserta kudapan yang khas dijual di pasar.

Tardisi unik ini diikuti oleh semua kalangan baik tua maupun muda cukup antusias melepas pakaiannya dan menyisakan celana belaka. Air yang mengalir deras serupa air terjun tersebut menjadi pemersatu bagi puluhan orang yang andil dalam acara yang digelar pada Minggu (10/3/2024) menjelang petang.

“Sifat air itu membersihkan. Dengan ini semoga tidak hanya kotoran jasad yang hilang tapi juga kotoran batin kita semua,” harapnya.

Selain itu, dengan kungkum itu sebagai wujud rasa syukur terhadap nikmat atas air, tanah, dan gemah ripah loh jinawi Kecamatan Wirosari, dan Kabupaten Grobogan.

“Kami dibesarkan dari hasil bumi yang ditanam di sini. Sudah seyogyanya kami memaknai hal itu sebagai ekspresi diri yang dimeriahkan,” tambahnya.

Wiyono juga mengatakan, berkenaan dengan adanya Relawan Hijau yang ada secara berjenjang berusaha menyulap kawasan tersebut menjadi sebuah ikon wisata.

“Kami sedang mengusulkan melalui pemerintah desa untuk membuat jogging track. Semoga segera terealisasi,” tutup Wiyono.

(Pewarta : M.Zaedun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *